Berbicara tentang Guru tak terlepas dari dunia pendidikan,khususnya di
Negeri ini yang nota bene dunia pendidikan masih terus berbenah untuk
mensetarakan dengan kemajuan pendidikan di luar negeri. Masih banyak
masalah-masalah yang belum terselesaikan sehingga mampu mengangkat derajat
pendidikan di negeri ini.Lalu ada sebuah pertanyaan bagi yg berkecimpung di
dunia pendidikan, “melipat tangan “ atau “ turun tangan “.Turun tangan adalah
pilihan terbaik dan bila kita perhatikan lebih jauh, siapa yang senyatanya
hadir ditengah-tengah peserta didik ? Gurulah yang memberikan efek positif pada
memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak-anak bangsa calon pemimpin bangsa.
Dibalik berbagai pembicaraan kompleks dan rumit tentang pendidikan, mulai dari
sistem, kurikulum yang terus berganti, undang-undang dan
peraturan-peraturan.Semuanya itu ada dipundak guru sebagai ujung tombak mulai didalam kelas yang
senyatanya mengajar,mendidik dan mencerdaskan anak didik. Pada guru kita
titipkan persiapan masa depan republik ini, karena gurulah yang menjadi garda
depan dalam mengembangkan manusia indonesia masa depan.Ironisnya banyak dari
kita yang lebih mengetahui jumlah minyak bumi, batu bara, sumber daya mineral
dan sederet kekayaan alam di bumi ini dari pada mengetahui jumlah sekolah,
jumlah guru, kualitas guru, kesejahteraan guru dan kinerja guru dipedalaman
yang tak terpantau.Pendidikan itu kuncinya guru, bukan kurikulumnya.Sehebat
apapun kurikulum yang diciptakan tanpa kemampuan guru untuk merealisasikan akan
percuma. Jika gurunya baik, maka pendidikan akan baik. Tanpa kehadiran guru
yang baik, seluruh desain sistem pendidikan yang kompleks dan mendekati
sempurna sekalipun akan menjadi sia-sia dan jangan harap di negeri ini memiliki
generasi masa depan cemerlang. Mengkonversi tingkat melek huruf di Indonesia
pada tahun 1945 adalah 5 % tetapi sekarang ini sudah mencapai 92 %.Ini semua
adalah peran guru dalam dedikasinya menghantarkan anak-anak bangsa menuju masa
depan yang lebih baik.
1.Guru
mengajar,mendidik dan memimpin.
Seorang guru minimal memiliki 3 peran penting yaitu mengajar, mendidik
dan memimpin.Guru adalah seorang yang mampu mengajarkan ilmu pengetahuan dengan
menyenangkan ( teaching fun way ). Dewasa ini sudah banyak metode mengajar yang
lebih memudahkan pemahaman pelajaran bagi anak didik seperti fast
learning method ( metode belajar
cepat ), Lesson mapping Concept ( konsep pemetaan pelajaran ) dan hypnoteaching
( Cara mempengaruhi anak didik ) dan lain-lain. Guru tidak hanya
mengajar tetapi juga mendidik, kewajiban guru mendidik dengan sepenuh hati
sebagai manifestasi profesi guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sungguh
sangat mulia. Mendidik anak didik agar bisa memaknai apa yang sudah dipelajari
dan dapat menjadi modal bagi mereka demi masa depan nanti.Membentuk karakter
anak bangsa sesuai dengan harapan kita semua yang termuat didalam kurikulum berbasis
karakter.Pada guru juga pembentukan karakter dikukuhkan. Karakter digandakan
bukan hanya secara lesan dan tulisan tapi justru harus lewat contoh. Guru jangan
hanya memberi ceramah kepada anak didik tentang karakter dan mengingatkan
tentang pentingnya pendidikan karakter.Kita harus sadar bahwa karakter bukan
diajarkan dengan teori dan wejangan tetapi justru diajarkan dengan keteladanan
atau contoh nyata.Mendidik adalah memimpin begitu sebaliknya memimpin itu
mendidik. Menjadi guru adalah menjadi pemimpin. Guru yang berkualitas pemimpin
akan menghasilkan generasi pemimpin.Guru adalah teladan bagi anak didik, sebab
anak didik tentu tidak akan melupakan gurunya jika kelak telah sukses meraih
masa depan.Maka dari itu jadilah pemimpin yang baik didalam kelas dengan tidak
membedakan warna kulit, agama,suku, anak orang kaya atau miskin dan
lain-lainya.Guru harus bisa memberi keadilan bagi anak didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Guru tidak boleh pilih
kasih terhadap anak didiknya.Menyamaratakan didalam kesetaraan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang diajarkan didalam kelas.Guru harus belajar
“leadership” untuk menambah pengetahuan kepemimpinan agar bisa “menularkan “
jiwa pemimpin kepada anak didiknya.Karakter pemimpin bangsa bisa terbentuk oleh
kemampuan guru didalam membangun,mengarahkan,mengekploitasi jiwa anak didik
didalam menyikapi kehidupan lewat pembelajaran disekolah.
2.Guru teladan bukan
guru telatan.
Menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa dalam profesi mulia. Jadi
menjadi guru bukan hanya mengharap “gaji” semata, atau ekstrimnya demi mencari
“makan’ saja.Tapi tanggungjawab moral terhadap profesi yang mencerdaskan anak
bangsa ada dipundaknya. Guru baginya bukan sekedar pekerjaan tetapi jiwanya dan totalitas yang diyakininya.Guru
mudah terusik saat menduga anak didiknya berbuat tidak benar, mudah melakukan
kesalahan baik menyimpang dari norma agama maupun norma susila dalam kehidupan
sosialnya.Guru selalu ingin tampil didepan meluruskan anak didiknya yang
melakukan penyimpangan-penyimpangan dan selalu memberi teladan kepada anak
didik tentang perilaku yang baik.Perilaku yang dimaksud seperti cara berbicara
atau komunikasi yang baik, cara bersopan santun yang baik terhadap teman maupun
orang yang lebih tua terutama bersikap dengan guru dan orang tuanya dan bergaul
dalan tatanan pergaulan beretika dan bermoral religius.Guru sebaiknya asertif
yaitu selalu bicara jelas,lugas,sopan plus sedikit humor yang pas.Cara
bicaranya tak berbelit-belit dan tidak pula berusaha mensopan-sopankan diri
secara tidak perlu.Guru jangan mengancam sebab itu bukan mendidik.Guru yang
bersifat asertif itu ditopang oleh pembawaan egaliternya yang menghargai anak
didik, staf sekolah dan sesama guru. Guru sebaiknya berani mengkoreksi diri dan
tidak malu mengakui kekeliruan yang telah diperbuat.Jangan mendidik anak didik
dengan sifat pecundang dan pengecut, justru sebaliknya harus gentelmen untuk
berani meminta maaf jika salah. Guru jangan telatan bila masuk kelas sering
terlambat datang tidak tepat waktu.Ini membuktikan ketidak disipliner seorang
guru. Mengajari disiplin kepada anak didik tentunya diteladani dahulu diri
seorang guru untuk disiplin.
3.Guru juga manusia.
Kata manusia kadang-kadang didekatkan dengan permakluman atas segala
kekurangan atau keterbatasan,sehingga terlalu sering kita mendengar kalimat “
namanya juga manusia, ya wajarlah jika memiliki keterbatasan dan melakukan
kesalahan “. Dalam konteks ini seolah manusia hadir menyelamatkan seorang
ketika tak mampu melakukan sesuatu atau berbuat kesalahan. Celakanya lagi
kata-kata itu pula yang menyebabkan sebagian orang permisif dengan dosa karena
terlanjur yakin bahwa manusia itu rapuh. Akibatnya kita sendiri menjadi sulit
mempercayai manusia. Dalam kupasan guru juga manusia, yang kebetulan menjadi
profesi guru dengan kekurangan dan keterbatasanya. Kenyataan diketemukan guru
yang kurang pintar, kurang terampil, bahkan celakanya lagi kurang dipercaya.
Singkatnya masih terbatas guru mampu bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja
iklas, Jadi wajarlah kalau pada akhirnya kualitas guru sering digugat atau
minimal mendapat persepsi yang kurang pada tempatnya.Tetapi semangat kehadiran
“guru juga manusia’ ini sesungguhnya didorong oleh hasrat ingin menunjukkan
bagian lain dari sisi kemanusiaan seorang guru. Sisi kemanusiaan yang dimaksud
adalah guru sebagai manusia mampu tampil terbaik yakni guru yang secara proses
mengarah pada cerdas akalnya, terpelihara perilakunya dan amanah memegang
tanggungjawabnya.Setiap manusia dewasa pada akhirnya akan menjadi guru bagi
diri sendiri maupun orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya. Tokoh
masyarakat menjadi guru bagi komunitas
dilingkunganya.Pemimpin atau negarawan menjadi guru bagi rakyatnya.Apabila
seorang memilih profesi menjadi guru secara tidak langsung pada akhirnya mampu
merangkai semua tanggungjawab untuk menyiapkan seorang bapak/ibu yang baik,
seorang tokoh masyarakat yang menjadi panutan yang baik,seorang pemimpin dan
negarawan yang baik bertanggungjawab dan sekaligus menyiapkan guru yang
berkompeten.Dengan demikian menjadi guru adalah sebuah pilihan profesi yang
strategis.Menjadi guru juga
berkesempatan mengasah hati nurani dari hari ke hari itulah yang
semestinya dijalani oleh seorang guru sejati.
Menyimpulkan tentang uraian guru membentuk karakter pemimpin bangsa
terletak pada kesungguhan dan daya juang seorang guru secara naluriah dan
harfiah memiliki kepekaan nurani untuk membangun sebuah generasi anak bangsa
yang akan menjadi “ agent of change “ sebagai estafet kepemimpinan bangsa
dinegeri ini.Khususnya di negeri ini sebagai ibu pertiwi berharap banyak kepada
para guru untuk membentuk karakter pemimpin negeri ini yang mampu membawa
Indonesia “ melesat cepat “ dari ketertinggalan agar sejajar dengan
negara-negara lain yang telah maju.
Semoga kedepan perjuangan para guru mampu mengangkat harkat dan martabat
dunia pendidikan di negeri ini lebih maju dan mampu menciptakan generasi
penerus yang mumpuni, berkualitas dan memiliki daya saing tinggi sehingga bisa
diakui dunia.amin.
1 komentar:
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar